Bekasikinian.com, Jakarta - Kawasan Asia Timur makin memanas setelah Amerika Serikat dan China terus menggelar manuver militer untuk menguji doktrin perang dan kesiapan masing-masing menghadapi perang sesungguhnya.
China langsung menggelar latihan dengan mengerahkan lebih 100 pesawat tempur dan puluhan kapal perang dengan skenario mengisolasi Taiwan, lalu dilanjutkan dengan merebutnya pada 4 – 7 Agustus, sehari setelah lawatan pimpinan DPR AS, Nanci Pelosi melawat ke Taipeh, 3 Agustus.
China menolak rencana lawatan Pelosi setelah hal sama dilakukan oleh Ketua DPR AS Newt Gingrich pada 1997. Bedanya Gingrich saat itu ada di partai oposisi, sebaliknya Pelosi dari partai pemerintah petahana dipimpin Presiden Joe Biden.
Lawatan orang ketiga pucuk pimpinan AS tersebut, bagi China dianggap pelanggaran kedaulatannya karena Taiwan yang saat ini memiliki pemerintah adalah bagian dari wilayahnya yang suatu waktu akan direbut kembali.
Baca Juga: China Laporkan Penemuan Virus Langya
Tidak cukup dengan latihan tersebut, China melanjutkannya dengan latihan perang berikutnya, bergeser mendekati wilayah Jepang dan Korea Selatan di sekitar Laut Kuning 6 – 15 Agustus.
Di lima zona di perairan Laut Kuning itu, China melangsungkan latihan perang laut dan operasi anti kapal selam menggunakan rudal-rudal sesungguhnya.
Kawasan laut yang lebih dekat ke wilayah Korsel tersebut cukup strategis, mengingat pangkalan militer AS, Camp Humprey berada di tepi Laut Kuning dan juga dekat pangkalan AS di Okinawa, Jepang.
China, kembali mengumumkan pada otoritas maritim setempat untuk menghindari penerbangan dan pelayaran di perairan Laut China Timur yang digunakan untuk lokasi penembakan roket dan rudal. Minggu (20/8/2022)
Baca Juga: PBB Instruksikan Militer Ukraina dan Rusia Jauhi PLTN Zaporizhzhia
Artikel Terkait
Janjian Perang Sarung, Belasan Remaja di Bekasi Terciduk
Perang Saudara, Pembagian Hasil Jual Tanah Jadi Motif Penyerangan John Kei
Dulu Jadi Medan Perang, Ini Asal Nama Daerah Kaliabang
Ukraina Sudah Mengekspor Gandum, Harga Indomie Apakah Sudah Turun
Hampir 1.000 Anak di Ukraina Tewas akibat Perang