BRIN Prediksi Ramadhan NU dan Muhammadiyah Bersamaan

- Jumat, 17 Maret 2023 | 23:18 WIB
Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan

Bekasikinian.com, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi Ramadhan antara Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah akan jatuh pada tanggal yang sama.

Hal itu diungkapkan Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin yang menyebut Maghrib pada 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru mabims dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

“Akan adanya potensi kesamaan awal bulan Ramadan antara NU dan Muhammadiyah,” kata Thomas dalam keterangan resmi, Jumat (17/3/2023).

Baca Juga: Tri Adhianto Tandatangani Maklumat Jelang Ramadhan Serta Beri Penghargaan Wajib Pajak

Di sisi lain, ia menyebut adanya potensi perbedaan terkait Idul Fitri 1444 Hijriah. Hal ini disebabkan karena pada Maghrib 20 April 2023 ada potensi di Indonesia belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

“Sehingga Muhammadiyah akan berlebaran pada 21 April 2023, sementara NU pada 22 April 2023,” ungkapnya.

Ia mengakui, perbedaan terkait dengan penentuan awal Ramadan dan Idulfitri masih sering diperdebatkan saat ini.

Thomas menyebut, perbedaan itu muncul bukan karena metode hisab dan rukyat. Tapi karena perbedaan kriteria.

Ia membeberkan kriteria yang digunakan Muhammadiyah sebagai penentu Ramadan dan Idulfitri ialah wujudul hilal, sementara yang digunakan oleh Nahdlatul Ulama dan beberapa ormas lain ialah imkan rukyat atau visibilitas hilal.

"Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," paparnya.

Ia membeberkan, sebab utama terjadinya perbedaan penentuan awal Ramadan, Idulfitri dan Iduladha terus berulang karena belum disepakatinya kriteria awal bulan hijriyah.

"Prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender hijriyah, harus ada otoritas tunggal," ucap dia.

Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama. Sedangkan kondisi saat ini, otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional.

Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum sesuai batas kedaulatan negara.

Halaman:

Editor: Muhammad Hamzah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X