Menkeu: Kuota BBM Subsidi Habis di Akhir September

- Jumat, 26 Agustus 2022 | 21:33 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati

Bekasikinian.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengumumkan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan habis pada akhir September 2022.

Untuk Solar, masa berlakunya akan berakhir pada Oktober 2022.
Bendahara negara mengatakan 16,4 juta kiloliter pertalite telah dikonsumsi hingga akhir Juli, dari total kuota 23 juta kiloliter.

"Kalau diikuti pertengahan bahkan akhir September habis (volumenya) untuk Pertalite," ungkap Sri Mulyani dalam rapat dengan DPD RI, Kamis (25/8/2022).

Sementara itu, untuk kuota Solar, hingga Juli 2022 sudah terpakai 9,88 juta kilo liter dari total alokasi mencapai 15,1 juta kilo liter. "Kalau mengikuti tren ini, Oktober akan habis kuotanya," imbuhnya.

Baca Juga: Menkeu: 17,2 Juta Pelaku UMKM Sudah Go Digital

Sekretaris Keuangan Negara mengatakan, pemerintah melalui APBN telah melakukan yang terbaik untuk menjaga harga energi tetap terkendali melalui subsidi dan kompensasi Rp 502,4 triliun. Bahkan, jumlah ini naik hampir tiga kali lipat dari alokasi sebelumnya yang hanya mencapai Rp 158 triliun.

"Pemerintah minta persetujuan kepada Banggar DPR untuk penambahan subsidi dan kompensasi hingga Rp 502,4 triliun, hitungan pemerintah adalah dengan menggunakan harga ICP sebesar USD 100 per barel dengan kurs nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.450," jelasnya.

Kemudian, adanya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina, yang membuat harga minyak mentah naik, hingga mencapai USD 105 per barel dan membuat nilai tukar rupiah ikut terdepresiasi hingga Rp 14.750.

Baca Juga: Menkeu Lanjutkan Integrasi NIK Ke NPWP

Menurut dia, jika volume konsumsi Pertalite dan Solar tersebut tidak dikendalikan di tengah harga minyak mentah dunia dan kurs nilai tukar rupiah yang masih mengalami fluktuasi, anggaran senilai Rp 502,4 triliun tersebut tidak lagi bisa lagi menahan harga energi, terutama Pertalite dan Solar.

Kemudian muncul ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, yang mendorong harga minyak hingga US$105 per barel dan terdepresiasi nilai tukar rupiah menjadi rupiah 14.750.

Di tengah harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah yang masih bergejolak, anggaran sebesar Rs 502,4 triliun akan gagal menjaga harga energi jika konsumsi pertalite dan solar dibiarkan, katanya.

Menkeu mengatakan harga eceran pertalite saat ini Rp7.650 per liter dan dengan kurs ICP USD 100 per barel dan kurs Rp14.450, harga keekonomian pertalite seharusnya Rp14.450 per liter. menjelaskan bahwa ada. Selisih Rp 6.800 per liter harus dibayarkan ke Pertamina sebagai kompensasi pemerintah.

Di sisi lain, solar dengan harga eceran Rp 5.150 per liter harus dijual dengan harga murah Rp 13.950 per liter. Karena itu, ada selisih Rp 8.300 per liter, yang harus ditanggung negara melalui ganti rugi. (nb)

Editor: Muhammad Hamzah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X