Oleh Ustad Dr. Amir Faishol Fath
Bekasikinian.com – Puasa membangun Akhlak, hal itu disampaikan Ustad Amir Faishol Fath sebagai pakar tafsir Alquran, Dai Nasional juga CEO Fath Institute.
Semua ibadah dalam Islam bermuara kepada pembangunan akhlak mulia. Khusus ibadah puasa dikatakan agar kamu bertakwa (La’allakum tattaquun). Maksudnya beraklak mulia. Ini sejalan dengan apa yang Nabi SAW deklarasaikan bahwa kehadirannya adalah untuk meyempurnakan akhlak manusia agar menjadi paling mulianya makhluk (Innamaa buitstu liutammima makaarimal akhlaaq) (HR Bukhari).
Karena itu tidak benar jika ada orang berkata, “Tidak perlu kita ibadah, yang penting akhlak kita baik."
Ada lagi yang mengatakan, “Jilbab itu tidak penting, yang penting hati kita baik."
Semua pernyataan tersebut lahir karena ketidakpahaman terhadap hakikat akhlak. Bahwa akhlak berbeda dengan adab sopan santun. Akhlak tidak akan muncul tanpa iman dan ibadah kepada Allah SWT. Maka orang-orang yang tidak beriman tidak akan pernah bisa mencapai kemuliaan akhlak.
Bila dikatakan bahwa orang-orang di negeri sana sekalipun tidak beriman, akhlaknya baik-baik. Tentu ini pernyataan yang salah. Sebab, apa yang mereka perbuat bukan akhlak, tetapi sekadar adab dan sopan santun.
Akhlak merupakan manifestasi iman dan kepatuhan kepada Allah SWT. Namun, adab dan sopan santun bisa terjadi karena adat (kebiasaan), kepentingan dan tujuan dunia lainnya.
Seorang yang tersenyum, misalnya, kerena supaya dagangannya laku, itu namanya adab. Tetapi seorang yang tersenyum kerena kesadaran bahwa itu adalah sedekah, sebagaimana yang Nabi SAW sabdakan, “Tabassumuka liwajhi akhiika sadaqah” (HR Turmidzi), inilah akhlak.
Tidak bisa dikatakan akhlak mulia bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan tujuan agar mendaptkan harta warisan lebih banyak. Kebalikannya, orang yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya karena menaati perintah Allah SWT, “Wabil waalidaini ihsaanaa” (QS al-Baqarah [2]: 83), inilah yang disebut akhlak.
Memang akhlak bisa jadi baik atau buruk. Kata takwa dalam ayat puasa "la’allakum tattaquun" maksudnya adalah agar terjaga dari akhlak yang buruk. Sebab, Nabi SAW menjelsakan bahwa puasa seorang hamba bisa jadi tidak berpahala karena akhlaknya buruk.
Dari sini kita tahu bahwa baik tidaknya akhlak bergantung pada kuat tidaknya iman dan ibadah seorang hamba. Bila imannya lemah, otomatis ibadahnya akan lemah. Lalu bisa dipastikan kondisi ini akan berpengaruh pada munculnya akhlak yang buruk.
Jika dikatakan ada orang tidak shalat, tidak berpuasa, tetapi akhlaknya baik? Itu bukan akhlak, tetapi adab dan sopan santun. Sebab, adab bisa dibuat-buat atau dipelajari. Sedangkan akhlak adalah kejujuran iman dan ibadah kepada Allah SWT.
Bila ditemukan bahwa ada seorang ahli ibadah, tetapi akhlaknya buruk, misalkan, ia seringkali melakukan tindakan KDRT, ini perlu dipertanyakan iman dan ibadahnya. Hal ini karena tidak mungkin iman dan ibadah yang kokoh akan melahirkan akhlak yang buruk.