Oleh: KH Bachtiar Nasir
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa sunnahnya adalah menyegerakan dan tidak menunda-nunda berbuka ketika matahari telah terbenam sebagai pertanda masuknya waktu shalat Maghrib.
Karena hal itu sesuai dengan insting manusia yang memang ingin cepat menghilangkan rasa haus dan laparnya setelah seharian berpuasa. Mengakhirkan berbuka itu juga menambah waktu berpuasa tanpa ada manfaat syarinya.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Sahl bin Sa’d meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia itu akan terus berada dalam kebaikan selagi mana dia menyegerakan berbuka puasa.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dan itulah yang selalu dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berpuasa, tetapi beliau tidak memulainya dengan makanan yang berat. Di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai ifthar (berbuka) nya dengan mengkonsumsi kurma basah jika ada.
Jika tidak ada maka beliau berbuka dengan kurma kering, dan terkadang beliau tidak memiliki semua itu, maka beliau cukup berbuka dulu dengan minum beberapa teguk air untuk menghilangkan rasa hausnya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan beberapa biji kurma basah sebelum sholat. Jika tiada kurma basah, baginda berbuka dengan kurma kering. Jika tiada kurma kering, baginda berbuka dengan beberapa teguk air.” (Riwayat Ahmad, Timizi, Abu Daud dan al-Hakim).
Berdasarkan itu maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan berbuka puasa itu dua fase. Di mana beliau menyegerakan dulu untuk berbuka dengan hanya memakan beberapa biji kurma atau kalau tidak ada cukup dengan beberapa teguk air.
Kemudian beliau segera melaksanakan shalat Maghrib di masjid secara berjamaah bersama para sahabatnya. Setelah shalat baru kemudian beliau memakan apa yang ada di rumahnya. Dengan demikian beliau menyatukan antara sunnah menyegerakan berbuka dengan keutamaan melakukan shalat pada awal waktunya. Dalam satu riwayat dijelaskan:
عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَمَسْرُوقٌ عَلَى عَائِشَةَ فَقُلْنَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ قَالَتْ أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ قَالَ قُلْنَا عَبْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَتْ كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abi ‘Atiyyah, ia berkata, ”Saya dan Masruq menemui Aisyah. Kami berkata: “Wahai Ummul mu`minin, dua orang dari sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah seorang menyegerakan berbuka dan menyegerakan sholat dan seorang lagi mengakhirkkan berbuka dan mengakhirkan sholat. Aisyah bertanya, “Siapa yang menyegerakan berbuka dan menyegerakan sholat? Kami manjawab, “Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud. Aisyah menjawab, “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Riwayat Muslim).
Maka bagi yang menunda shalat Maghribnya hingga ia selesai makan terlebih dulu adalah menyalahi sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berbuka.